BAMBU AMPEL KUNING
Bambu ampel atau bambu aur banyak di tanam manyarakat karena memiliki bebagai mancam kegunaan baik di Indonesia maupun di wilayah lain, baik tropis ataupun Subtropis. Bambu ampel kuning merupakan varietas bambu ampel yang berwarna kuning bergaris hijau. Bambu kuning atau bambu gading dan dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanda batas pekarangan, serta bahan obat tradisional.
Bambu ampel dikenal dengan tumbuhnya yang merumpun dan tidak terlalu rapat; rimpangnya bercabang simpodial. Rebung berwarna kuning atau hijau, tertutup oleh bulu-bulu miang cokelat hingga hitam. Buluhnya tegak, mencapai tinggi 10-20 m, lurus atau agak berbiku-biku, ujungnya melengkung; mulai bercabang lk 1,5 m di atas tanah, kadang-kadang juga lebih ke bawah, 2-5 cabang pada satu buku, salah satunya lebih besar daripada cabang-cabang yang lain. Panjang ruas 20-45 cm dan garis tengahnya 4–10 cm, tebal dinding buluh lk. 7-15 mm; hijau mengilap, kuning atau kuning dengan garis-garis hijau, dengan bulu-bulu miang yang rebah melekat dan berwarna gelap, serta dengan lapisan lilin keputihan ketika muda; buku-bukunya miring, sedikit menonjol, buku yang bawah dengan akar udara.
Bambu vulgaris adalah bambu yang tersebar mungkin dari tiongkok selatan, namun kini meluas pada iklim stropis di seluruh dunia. sesies bambu ini dapat tumbuh setinggi 15-18 m dalam kondisi terbaik. dan berdiameter 3-4 inch
Bambu ampel kuning (Bambusa vulgaris var. striata Schard ex Wendl.) merupakan jenis bambu yang dapat bertahan hidup di lahan marginal dataran rendah dan dapat memberikan produk bahan pangan berupa rebung. Banyak masyarakat belum mengenal pemanfaatan rebung ampel kuning yang ternyata layak dan lezat untuk dikonsumsi setelah dimasak, serta dapat dipasarkan untuk menambah penghasilan keluarga.
Bambu ampel kuning lebih dikenal dengan nama bambu kuning, dan umumnya ditanam sebagai bambu hias karena warna buluh kuning bergaris hijau dari pangkal sampai ujung yang menarik serta eksotik, atau ditanam di halaman rumah dan diyakini dapat menolak bala bagi penghuni rumah.
Pelepah buluh lekas rontok; bentuk segitiga lebar, lk. 15-45 × 20 cm, yang atas lebih panjang, hijau akhirnya kuning jerami; sisi luarnya tertutup oleh miang berwarna hitam, tepinya berambut. Daun pelepah buluh tegak, menyegitiga lebar, 4-5 × 5–6 cm, sedikit menyempit pada dasarnya, meluncip kaku ujungnya, berambut di kedua sisinya dan di sepanjang tepi bawahnya. Kuping pelepah relatif besar, membundar lonjong dan menyerong ke luar, panjang 0,5–2 cm, dengan bulu-bulu kejur cokelat pucat 3–8 mm pada tepinya; ligula (lidah-lidah) agak menggerigi, tinggi 3 mm, lokos.[9][10]
Daun pada ranting bentuk lanset, 6-30 × 1–4 cm, lokos; kuping pelepah kecil dan membulat, tinggi 0,5-1,5 mm, dengan sedikit bulu kejur sepanjang 1–3 mm; ligula hampir rata, tinggi lk. 0,5-1,5 mm, lokos.[10]
Perbungaan berupa malai biasanya pada ranting atau buluh yang tak berdaun, atau pada buluh berdaun kecil, dengan kelompok-kelompok kecil spikelet pada masing masing bukunya, terpisah sejarak 2–6 cm. Spikelet bentuk bulat telur sempit, 12-19(-35) × 4–5 mm, memipih di sisinya, terdiri dari 5-10 floret yang sempurna dan satu floret ujung.[10]
Agihan dan ekologi
Bambu ampel tersebar luas di wilayah tropis di dunia: Asia, Afrika, Amerika, dan Pasifik serta Australia. Di Asia, bambu ini juga menyebar hingga ke sejumlah wilayah subtropis di Tiongkok maupun daerah-daerah lain di Asia Timur.[11] Asal usul bambu ampel kemungkinan dari wilayah Asia tropis; di Asia Tenggara jenis ini diketahui sebagai jenis yang terbanyak ditanam orang di desa-desa, di tepi sungai, dan juga di perkotaan sebagai tanaman hias.[10]
Bambu ampel menyukai wilayah dataran rendah yang panas dan lembap dan dapat tumbuh hingga ketinggian 1.200 m dpl., namun pertumbuhannya mengerdil di atas 1.000 m dpl. Di tempat-tempat dengan musim kering yang kuat, bambu ini dapat tumbuh pula meskipun seringkali meranggas. Di Asia Tenggara, bambu ampel sering didapati tumbuh liar di pinggiran sungai, tepi jalan, area yang terbengkalai, dan tempat-tempat terbuka. Di Malaya, bambu ini tumbuh baik di tanah-tanah miskin bekas tambang timah.[10]
Manfaat
Walaupun buluhnya tak begitu lurus, bambu ampel adalah yang terbanyak dipakai di antara aneka jenis bambu untuk memenuhi berbagai keperluan:[10] tiang layar, tiang bendera, kemudi, semah-semah perahu;[4] pikulan, penopang, dan pagar; dan juga untuk kasau dan tiang rumah, meskipun bambu ini kurang tahan akan serangan kumbang bubuk dan hanya dipakai untuk bahan bangunan jikalau bahan lain yang lebih baik tak tersedia.[7] Di Papua, buluhnya dipakai untuk membuat sisir tradisional dan koteka.[10]
Bambu ini juga banyak dipakai dalam industri furnitur, dan dari buluhnya dihasilkan bubur kayu (pulp) yang baik untuk membuat kertas.[10]
Rebungnya dimakan orang sebagai sayuran.[7] Air rebusan rebung bambu kuning dipakai untuk mengobati hepatitis.[10]
Anak jenis
Diketahui ada tiga macam varietas Bambusa vulgaris:[9][10]
- B. vulgaris var. vulgaris, dengan buluh berwarna hijau mengkilap dan umum dikenal sebagai bambu ampel
- B. vulgaris var. striata, dengan buluh berwarna kuning, atau kuning bergaris hijau, dikenal sebagai bambu kuning atau bambu gading
- B. vulgaris var. wamin, dengan buluh beruas pendek dan menggembung, dikenal sebagai bambu wamin
Referensi
- ^ "Bambusa vulgaris". NatureServe Explorer. NatureServe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-13. Diakses tanggal 2011-06-11.
- ^ Bambusa vulgaris was first described and published in Collectio Plantarum 2: 26, pl. 47. 1808. "Name - !Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl." Tropicos. Saint Louis, Missouri: Missouri Botanical Garden. Diakses tanggal June 17, 2011.
- ^ Wendland, J.C. 1808. Collectio plantarum tam exoticarum, quam indigenarum, cum delineatione, descriptione culturaque earum, vol. 2: 26, vol. 3: pl. 47. Hannover :Zu haben bei dem Verfasser und in Commission bei den Gebrüdern Hahn, [1808-(1819)].
- ^ a b Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars IV: 16, Tab. 4. Amstelaedami :apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
- ^ The Plant List: Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl.
- ^ KBBI daring: aur
- ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 337-8. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 279-80.)
- ^ Plantamor: Bambu ampel
- ^ a b c Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa: 35-6. L.f. 9. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
- ^ a b c d e f g h i j k Widjaja, E.A. 1995. "Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland". Diarsipkan 2016-08-28 di Wayback Machine. in Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos: 74=8. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 19-Apr-2016
- ^ GrassBase: Bambusa vulgaris