Tumbuhan rawa serupa rumput yang menahun, tegak, kekar, tinggi 1,5-3 m, dengan batang membulat. Daun bentuk garis, agak meruncing, 8-22 cm × 6-16 mm, terbagi dalam banyak ruang dan tumbuh dalam seludang.[5]Perbungaan tersusun dalam rupa bulir berbentuk cerutu; bunga-bunga jantan terkumpul di bagian ujung sepanjang 15–30 cm, dan bunga-bunga betina mengelompok serupa cerutu yang lebih pendek, dipisahkan oleh tangkai yang telanjang sepanjang 0,5–12 cm. Di antara bunga-bunga itu terdapat rambut-rambut panjang seperti wol.[6] Bunganya yang jantan sama panjangnya dengan bunga betina, tapi lebih kurus dan ramping. Adapun akarnya, ada pada sisi dasar daun. Ia berbentuk rimpang yang rebah. Panjangnya 70 cm dengan diameter 2 cm. Perbanyakan dilakukan dengan rimpang, atau rumpunnya. Di alam liar, bijinya diterbangkan oleh angin, sehingga membentuk tanaman baru.[5]
Tanaman lembang banyak ditemui di Bawean, Madura, dan Karimunjawa, tetapi sayang tanaman ini tak begitu dikenali.[7] Umumnya lembang tumbuh di paya-paya dataran rendah dan di perairan payau; namun didapati pula di rawa-rawa pegunungan hingga ketinggian 1.725 m dpl. Di belakang pantai, lembang kerap berasosiasi dengan vegetasi mangrove. Umum dijumpai, tetapi sering melimpah secara lokal saja. Tanaman ini acapkali suka menggerombol.[6]
Marga Typha, tidak terkecuali lembang, menyebar di kawasan tropika, ke utara hingga lingkar kutub dan ke selatan hingga sekitar 35°LS. Di Asia Tenggara, embet tercatat dari Burma, Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, Brunei, Indonesia, Timor Timur dan Papua Nugini. Di Indonesia didapati di pulau-pulau Sumatra, Jawa, Karimunjawa, Bawean, Madura, Kangean dan Papua.[6]
Tangkai-tangkainya, di Pekalongan, dimanfaatkan sebagai bahan anyaman. Daun-daunnya untuk membuat tikar dan topi. Tangkai dan daunnya, dahulu, di Aceh digunakan untuk membuat kipas tradisional. Rambut-rambut bunganya, dulu, di sekitar Jakarta dipakai sebagai pengganti kapuk untuk mengisi jok kereta. Tongkol buahnya yang belum masak betul digunakan sebagai sumbu mesiu. Tunas-tunasnya yang muda diambil untuk sayuran.[4]
Embet juga tidak jarang ditanam sebagai tanaman hias di kolam-kolam halaman rumah[4]. Biasa dipadukan dengan eceng gondok atau selada air. Tanaman semacam ini dari famili Typhaceae dapat pula digunakan sebagai ornamen rangkaian bunga potong.[5] Belakangan ini embet mulai dimanfaatkan sebagai tanaman filter untuk meningkatkan efektivitas rawa buatan sebagai bagian dari instalasi pengolah air limbah industri[8][9]