Pohon Bintaro – Asal, Kandungan, Bahaya & Manfaat
Pohon Bintaro atau sea mango adalah salah satu tanaman mangrove yang cukup terkenal dari daerah pesisir. Pohon ini biasa dijumpai di sepanjang wilayah pantai atau hutan bakau. Selain itu, saat ini pohon Bintaro banyak dibudidayakan oleh pemerhati lingkungan karena manfaatnya sebagai tanaman peneduh.
Tanaman yang berasal dari kawasan Indo-Pasifik ini dikenal mengandung racun yang dapat menyebabkan kematian. Akan tetapi dibalik bahaya tersebut, tersimpan banyak manfaat dari tanaman Bintaro. Salah satunya adalah biji Bintaro yang dapat diolah menjadi bahan bakar minyak dan pengusir binatang hama, seperti tikus.
Taksonomi
Sistem klasifikasi ilmiah tumbuhan Bintaro adalah sebagai berikut :
Asal
Belum ada sumber pasti yang menyebutkan mengenai asal pohon Bintaro, namun diduga pohon ini adalah kelompok tumbuhan mangrove yang berasal dari kawasan tropis Asia, Madagaskar, Australia, dan wilayah Kepulauan di bagian barat Samudera Pasifik.
Penyebutan nama pohon Bintaro di berbagai tempat cukup beragam, misalnya di wilayah Kepulauan Samudera Pasifik dikenal dengan nama vasa di Fiji, toto di Tonga, leva di Samoa, dan sea mango alias mangga laut. Hal yang sama juga berlaku di berbagai daerah Indonesia.
Di Sumatera, nama lain Bintaro adalah madangkapo dan bintan, di Jawa tetap disebut Bintaro, di Nusa Tenggara disebut bilutasi, di Sulawesi disebut sebagai lambuto dan goro-goro, serta di Maluku disebut wabo, goro-goro, dan guwae.
Sebaran
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, habitat alami pohon Bintaro adalah di wilayah tropis. Tumbuhan Bintaro tersebar hampir di seluruh wilayah Indo-Pasifik yang beriklim tropis, termasuk Indonesia, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Bangladesh, dan India. Selain itu, pohon ini banyak ditanam di kota-kota besar untuk mendukung program penghijuan.
Habitat
Habitat asli pohon Bintaro adalah areal pantai dan hutan bakau atau mangrove. Artinya, pohon ini menyukai hidup di wilayah lembab dan dekat dengan sumber air. Meskipun begitu, pohon yang dapat beradaptasi pada lingkungan lain ini juga banyak ditanam di berbagai tempat yang kondisinya berbeda dengan habitat aslinya.
Morfologi
Morfologi Pohon Bintaro merupakan salah satu jenis pohon yang dapat tumbuh mencapai ketinggian 10 sampai 20 meter. Batang bintaro adalah batang berkayu dengan bentuk bulat dan tegak. Terdapat bintik-bintik berwarna hitam pada batang bintaro yang menjadi ciri khasnya.
Daun Bintaro merupakan kelompok daun tunggal yang berbentuk lonjong. Sistem pertulangan daun menyirip dengan ujung dan pangkal yang meruncing. Tekstur permukaan daun terasa licin, berwarna hijau, dan tepinya rata. Panjang daunnya sekitar 15 sampai 20 cm dan lebarnya antara 3 sampai 5 cm.
Pohon ini mempunyai bunga berwarna putih yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Bunganya menghasilkan aroma harum dan biasanya terletak di bagian ujung batang. Jenis bunganya majemuk, karena mempunyai putik sekaligus benang sari. Putiknya berwarna hijau keputih-putihan dan benang sari berwarna cokelat.
Selain bunga, pohon ini juga menghasilkan buah. Pada saat masih muda dan kecil, buah Bintaro menyerupai bentuk buah mangga. Buahnya berwarna hijau dan mempunyai batok. Di dalam batok tersebut terdapat dua bagian, yaitu biji berbentuk bulat dan daging buah.
Status Kelangkaan
Berdasarkan IUCN Red List of Threatened Species, pohon Bintaro atau yang dikenal sebagai sea mango merupakan jenis spesies yang populasinya berada dalam kategori stabil. Artinya pohon ini masih banyak dijumpai, hal tersebut tidak lepas karena banyaknya masyarakat yang menanam pohon ini untuk reboisasi atau penghijauan.
Kandungan, Bahaya & Manfaat
Dibanding manfaat yang dihasilkan, sebenarnya pohon Bintaro lebih dikenal akan bahaya kandungan racunnya. Pohon ini mengandung racun bernama cerberin, yakni berupa senyawa glikosida.
Jika termakan, maka senyawa ini akan mengakibatkan sumbatan saluran ion kalsium dalam otot jantung manusia. Keracunan buah Bintaro dapat mengakibatkan detak jantung tidak stabil. melemah dan berujung pada kematian.
Cara mencegah dan pertolongan pertama bagi korban keracunan Bintaro adalah sebagai berikut :
Disamping bahaya tanaman Bintaro, terdapat manfaat yang dapat kita peroleh dari pohon ini. Manfaat-manfaat inilah yang menjadi alasan tumbuhan Bintaro tetap dibudidayakan meskipun memiliki kandungan racun yang mematikan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh IPB, buah tanamaman bintaro terdiri dari 92% daging buah dan 8% biji. Biji Bintaro memiliki kandungan minyak sekitar 35% hingga 50%, lebih tinggi daripada minyak biji jarak maupun kelapa sawit. Kandungan minyak tersebut dapat meningkat jika biji Bintaro semakin kering. Minyak biji Bintaro mengandung beberapa senyawa, terutama asam linoleat 16,7%, asam stearat 6,9%, asam palmiat 22,1% dan asam oleat 54,3%.
1. Tanaman Peneduh
Pohon Bintaro paling banyak dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini termasuk jenis flora yang mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, selain itu juga memiliki ketahanan yang cukup tinggi.
2. Energi Alternatif
Buah Bintaro dikenal dapat dijadikan bahan baku untuk membuat bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah. Biji Bintaro yang dicampur dengan biji jarak akan menghasilkan kadar minyak yang sangat tinggi. Biasanya sekitar 1,8 kg biji Bintaro dapat menghasilkan 1 kg minyak.
Cara pengolahannya cukup mudah, cukup keringkan biji Bintaro di bawah sinar matahari. Setelah biji benar-benar kering, giling atau tumbuk biji tersebut hingga halus. Kemudian biji yang telah dihaluskan tersebut di press agar kandungan minyaknya keluar.
Langkah berikutnya adalah proses penyaringan. Hal ini bertujuan agar kotoran dalam minyak dapat terpisah. Selanjutnya, diamkan minyak selama satu atau dua hari kotoran yang tersisa mengendap. Setelah itu, minyak biji Bintaro dapat digunakan.
3. Pengusir Hewan Pengganggu
Kandungan racun yang ada dalam buah pohon Bintaro juga tidak disukai oleh binatang seperti tikus dan ulat. Bau yang dikeluarkan oleh biji Bintaro dapat merusak syaraf otak tikus dan ulat, jika bagian tumbuhan Bintaro oleh binatang maka binatang tersebut akan mati.
4. Biopestisida
Daun pohon Bintaro dapat diolah menjadi biopestisida dengan mencampurnya dengan air dan etanol. Caranya adalah dengan merendam daun dengan etanol selama beberapa hari, kemudian disaring untuk menjadi ekstrak. Selanjutnya ekstrak tersebut dapat digunakan sebagai biopestisida.