Siapa sangka keindahan pelangi tercipta bukan hanya setelah hujan reda saja. Alam, melalui keajaibannya menyajikan warna-warni pelangi dalam sebuah pohon. Pohon yang dimaksud dalam hal ini adalah pohon leda, atau di dalam bahasa Latin dikenal sebagai Eucalyptus deglupta Blume. Sama seperti pohon Eucalyptus lainnya, leda termasuk ke dalam anggota suku Myrtaceae atau suku jambu-jambuan. Pohon ini adalah satu-satunya spesies Eucalyptus yang ditemukan secara alami di belahan bumi utara. Penyebaran alaminya meliputi Britania Raya, Papua Nugini, Pulau Seram, Pulau Sulawesi dan Mindanao (Filipina).
Umumnya pohon memiliki batang dengan warna yang gelap namun tidak dengan batang pohon yang satu ini, Eucalyptus deglupta memiliki keunikan yang tidak dimiliki pohon lain. Batang pohon ini memiliki warna-warna yang berbeda seperti pelangi, sehingga sering disebut sebagai Rainbow Eucalyptus, Mindanao Gum, dan Rainbow Gum. Jika orang yang tidak pernah melihat pohon Eucalyptus deglupta sebelumnya, maka sepintas batang pohon ini tampak seperti dicat oleh manusia, padahal warna yang ada di batang pohon merupakan warna yang terjadi melalui proses alami. Pohon ini memiliki warna dominan yakni biru, ungu, jingga, hijau tua, dan merah marun.
Pohon Rainbow Eucalyptus merupakan jenis pohon kayu putih sama seperti pohon Eucalyptus lainnya. Hanya saja Rainbow Eucalyptus tidak menghasikan minyak atsiri (minyak kayu putih) seperti jenis pohon Eucalyptus lainnya. E. deglupta tumbuh sangat cepat, dan mampu tumbuh dengan laju pertumbuhan annual 2-3 m pada tinggi dan 2-3 cm pada diameter selama sepuluh tahun pertama. Pertumbuhan tunas muda terus berjalan, jika kelembaban tanah memadai. Pohon besar dengan tinggi dapat mencapai 40 m, batang bebas cabang 25 m, dan diameter mencapai 130 cm atau kadang-kadang 240 cm. Tanaman ini tumbuh pada kisaran 2500 m di atas permukaan air laut dengan suhu tahunan rata-rata 20-32oC, rata-rata suhu maksimum dari bulan terhangat 24-33oC, dan rata-rata suhu minimum dari bulan terdingin 16-26oC, rata-rata curah hujan 2000-5000 mm, dan pada musim kemarau 0-1 bulan (Brink dan Achigan-Dako 2012).
Pohon leda memiliki tampilan visual yang indah, sehingga sering dijadikan pohon penghias di taman akibat warna-warninya yang menarik. Warna-warni pada pohon ini muncul akibat getah yang keluar dari dalam pohon dan mengenai kulit pohon di bagian lain yang membentuk sebuah lapisan warna. Pada tetesan getah pertama, warna yang akan muncul adalah warna biru, kemudian perlahan warna tetesan getah tersebut berubah menjadi jingga, ungu dan merah marun. Karena proses ini terjadi secara bergiliran (tidak bersamaan) dan teratur, maka pohon ini kemudian menampilkan koleksi dari semua warnanya sekaligus. Proses keluarnya getah didahului oleh terkelupasnya kulit batang yang terjadi tidak bersamaan. Oleh karena itu, pola warna yang terjadi setiap waktu pada setiap pohon tidak akan serupa. Selain itu, hal tersebut akan memberikan efek kaleidoskopik, di mana setiap lapisan warna memberikan informasi kapan lapisan warna tersebut muncul.
Selain sebagai pohon hias, pohon leda memiliki manfaat lain, sehingga seringkali dibudidayakan di Indonesia. E. Deglupta sering dijadikan sebagai bahan baku dalam industri pulp dan kertas, bahan baku vinir dan produk kayu komposit lainnya, kayu konstruksi ringan maupun berat, hingga proyek reklamasi dan rehabilitasi lahan karena kecepatan tumbuhnya. World Conservation Monitoring Centre (1992) menyebutkan bahwa Eucalyptus deglupta, yang terdistribusi di Filipina, Irian Jaya, dan Papua New Guinea, berada dalam status endangered atau terancam punah, dengan ancaman utama seperti pembatasan regenerasi, penebangan, dan pembukaan lahan untuk agrikultur. Oleh karena itu, konservasi diperlukan dalam hal ini untuk tetap mempertahankan keberadaan pohon leda yang indah ini.
Sumber : Tree Grower Community, Himpunan Mahasiswa Silvikultural, Fahutan IPB