Tinggi pohon dapat mencapai 25 m. Bentuk tajuknya bulat atau semiglobular sehingga membentuk seperti payung. Tanaman ini memiliki cabang yang banyak dengan tinggi bebas cabang yang rendah, bahkan ada yang hanya beberapa centimeter saja di atas permukaan tanah. Cabang tumbuh menyudut tajam ke arah atas menjadikan bentuk tanaman ini cukup indah. Kondisi cabang tanaman inilah yang menyebabkan pemanfaatan kayunya kurang maksimal. Dengan adanya cabang yang sangat banyak, pada umumnya tajuk tanaman ini rimbun berdaun lebat sehingga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh.[2]
Batang kerai payung berwarna abu-abu kecoklatan dengan kulit batang retak-retak tidak teratur dan pada umumnya arah retakan vertikal. Dalam retakan tersebut, batang terlihat sedikit kemerahan.[2]
Kerai payung memiliki bunga sempurna yang terdapat benang sari dan putik. Susunan bunganya adalah bunga majemuk. Bunganya berukuran kecil, berwarna putih kekuningan, ukuran tangkai bunga kecil yaitu 0,3 cm. Malainya muncul dari ketiak daun yang dekat dengan ujung ranting. Panjang malai antara 10-35 cm. Sama halnya dengan bunganya, buah tanaman ini berukuran sangat kecil, pada tiap buah umumnya berisi satu biji. Buah termasuk tipe buah batu berbentuk bulat memanjang berukuran lebar sekitar 0,6 - 0,8 cm dan panjang sekitar 0,9 - 1 cm dengan warna ungu kehitaman dan mengkilat.[2]
Kegunaan[sunting | sunting sumber]
Di Indonesia, kerai payung banyak ditemukan di pinggir jalan, halaman kantor dan sekolah sebagai pohon peneduh, peredam kebisingan dan pemecah angin. Bentuk tanaman ini cukup menarik dengan daun yang rimbun sehingga memiliki fungsi estetika untuk ditanam di taman, halaman rumah, atau sebagai pagar alam. Tanaman ini juga dapat digunakan pada ruang terbuka hijau sempadan rel kereta api. Daya transpirasi tanaman ini rendah sehingga baik ditanam pada ruang terbuka hijau, dan di dekat sumber air.[2]
Tanaman ini memiliki daya reduksi yang tinggi terhadap timbal yang merupakan emisi dari kendaraan bermotor, sehingga baik digunakan sebagai pohon penyerap polusi. Kayu tanaman ini digunakan sebagai kayu bakar karena banyak cabang yang dapat dibuat arang. Tanaman ini disebut ki sabun karena seluruh bagian tubuhnya mengandung saponin atau zat kimia yang menjadi salah satu bahan sabun.[2]